Teknik
pengendalian gulma yang lain adalah pengendalian gulma secara kimia dengan
menggunakan herbisida. Penggunaan herbisida dalam pengendalian gulma perlu
pengetahuan yang benar mengenai herbisida itu sendiri seperti selektifitasnya
pada tanaman dan gulma, waktu aplikasi yang tepat, dosisnya, dan tentunya
teknik penyemprotannya pada gulma.
Pelaksanaan pengendalian
gulma dengan herbisida jika terjadi kesalahan aplikasi atau dosisnya terlampau
tinggi dan tidak selektif akan mengakibatkan keracunan atau dapat mengakibatkan
kematian tanaman. Waktu aplikasi herbisida bervariasi sesuai dengan cara kerjanya
seperti pra tanam, pra tumbuh, atau pasca tumbuh. Sedangkan sebelum melakukan
penyemprotan gulma dengan herbisida perlu dilakukan kalibrasi alat agar
herbisida yang disemprotkan dapat diterima merata pada seluruh luasan lahannya.
Pengendalian
gulma secara kimia dengan menggunakan herbisida mempunyai kelebihan yaitu lebih
menghemat dalam hal waktu pelaksanaan pengendalian dan biaya pengendaliannya
yang tidak memerlukan banyak tenaga kerja. Sedangkan kekurangan teknik pengendalian
gulma secara kimia menggunakan herbisida yaitu dapat menimbulkan dampak negatif
terhadap lingkungan terutama terjadinya akumulasi bahan kimia dari herbisida
dalam tanah yang mematikan mikroorganisme yang bermanfaat di dalam tanah.
Selain itu
juga dapat menimbulkan persistensi atau sifat ketahanan gulma terhadap aplikasi
herbisida yang berbahan aktif sama secara terus-menerus. Kekurangan lainnya
yaitu aplikasi herbisida tidak dapat dilakukan pada tempat tumbuhnya gulma yang
sulit dijangkau dengan alat penyemprot herbisida seperti di seputar lubang
tanam atau tajuk tanaman.
Dalam siklus
hidup tanaman terdapat periode yang peka terhadap gangguan dari luar atau dalam
hal ini peka terhadap gangguan karena adanya gulma yang disebut dengan periode kritis.
Adanya gulma dalam jumlah sedikit ataupun dalam jumlah yang banyak akan
berpengaruh terhadap pertumbuhan atau hasil akhir tanaman budidaya.
Oleh karena
itu dalam periode kritis tersebut gulma yang tumbuh di sekitar tanaman budidaya
sebaiknya dikendalikan agar tidak memberikan pengaruh yang merugikan pada
pertumbuhan dan hasil akhir tanaman budidayanya.
Pengetahuan
tentang saat periode kritis suatu tanaman budidaya sangat diperlukan untuk
menentukan saat pengendalian gulmanya yang paling tetat agar pengendalian yang
dilakukan dapat efektif. Periode kritis tanaman budidaya meliputi beberapa fase
pertumbuhan tanaman yaitu awal pertumbuhan, pembentukan promordia bunga,
pembungaan dan pembentukan buah serta pembesaran buah.
Pada awal
pertumbuhan tanaman dengan adanya gulma dapat menurunkan laju pertumbuhan
tanaman budidayanya. Pada fase pembentukan primordia bunga, adanya gulma juga
dapat mengurangi atau menurunkan jumlah bunga yang terbentuk pada tanaman
budidaya. Sedangkan pada fase pembungaan dan pembentukan buah dengan adanya
gulma juga dapat mempengaruhi persentase jumlah bunga yang terbentuk menjadi
buah.
Pada fase
pembesaran buah dengan adanya gulma akan berpengaruh terhadap kualitas buah
yang dihasilkan pada tanaman budidaya. Hal ini disebabkan oleh pengaruh adanya
persaingan gulma dengan tanaman budidaya terutama dalam hal persaingan
mendapatkan cahaya, air dan unsur hara. Akibatnya adanya gulma pada periode
kritis tanaman budidaya tersebut akan berpengaruh langsung pada pertumbuhan
tanamannya.
Pengendalian
gulma secara kimia merupakan pengendalian gulma dengan menggunakan bahan kimia
yang dapat menekan pertumbuhan atau bahkan yang bisa mematikan gulma.
Bahan kimia
tersebut disebut dengan herbisida yang berasal dari kata herba = gulma dan sida
= membunuh. Pengendalian gulma dengan cara ini membutuhkan alat penyebar
herbisida dan pengetahuan tentang herbisida terutama macam-macamnya agar
pengendalian yang dilakukan dapat berhasil dengan baik. Herbisida yang
dipergunakan dalam pengendalian gulma pada lahan pertanian menurut waktu
aplikasinya dibedakan menjadi :
- Herbisida pra-pengolahan tanah yaitu jenis herbisida yang diaplikasikan pada lahan pertanian sebelum lahan tersebut diolah dan ditumbuhi berbagai jenis vegetasi termasuk gulma, dengan tujuan untuk membersihkan lahan sebelum dilakukan pengolahan tanah, contohnya herbisida berbahan aktif paraquat.
- Herbisida pra-tanam yaitu jenis herbisida yang diaplikasikan pada lahan pertanian setelah dilakukan pengolahan tanah dan sebelum lahan tersebut ditanami, dengan tujuan untuk mengendalikan dan mencegah biji maupun organ perbanyakan vegetatif gulma yang terbawa dalam proses pembalikan tanah ke permukaan tumbuh di lahan, contohnya herbisida berbahan aktif triazin dan EPTC.
- Herbisida pra-tumbuh yaitu jenis herbisida yang diaplikasikan pada lahan pertanian setelah tanaman ditanam tetapi sebelum tanaman dan gulma tumbuh atau muncul di lahan tersebut, dengan tujuan untuk menekan gulma yang akan tumbuh atau muncul bersama-sama dengan tumbuhnya tanaman budidaya, contohnya herbisida berbahan aktif nitralin.
- Herbisida pasca tumbuh yaitu jenis herbisida yang diaplikasikan pada lahan pertanian setelah tanaman budidaya tumbuh di lahan tersebut, dengan tujuan untuk menekan pertumbuhan gulma yang tumbuh setelah tanaman budidaya tumbuh sehingga pertumbuhannya tidak tersaingi oleh gulma, contohnya herbisida berbahan aktif propanil atau MPCA pada padi, herbisida berbahan aktif glyphosat dan dalapon pada karet.
Berdasarkan
cara kerjanya herbisida yang digunakan untuk mengendalikan gulma pada lahan
pertanian dibedakan menjadi :
a.
Herbisida kontak yaitu
herbisida yang mematikan gulma dengan cara kontak dengan gulma melalui absorbsi
lewat akar maupun daun dan akan merusak bagian gulma yang terkena langsung oleh
herbisida tersebut dan tidak ditranslokasikan ke organ bagian gulma yang lain,
contohnya herbisida berbahan aktif asam sulfat 70 %, besi sulfat 30 %, tembaga
sulfat 40 % dan paraquat.
b.
Herbisida sistemik yaitu
herbisida yang mematikan gulma dengan cara ditranslokasikan ke seluruh bagian
gulma sehingga pengaruhnya luas. Herbisida ini mematikan gulma dengan cara
menghambat fotosisntesis, seperti herbisida berbahan aktif triazin, substitusi urea
dan amida, dengan cara menghambat respirasi seperti her bisida berbahan aktif
amitrol dan arsen, dengan cara menghambat perkecambahan seperti herbisida
berbahan aktif karbamat dan tiokarbamat serta dengan cara menghambat
pertumbuhan seperti herbisida berbahan aktif 2, 4 D, dicamba dan picloram.
Pengendalian
gulma secara kimiawi menggunakan herbisida memerlukan alat penyebar herbisida
pada gulma yang biasanya berupa knapsack sprayer. Penggunaan knapsack sprayer
tersebut terutama untuk menyebarkan herbisida berbentuk larutan, emulsi dan
bubuk yang dibasahkan. Sedangkan herbisida yang berbentuk butiran atau debu
dapat diaplikasikan dengan tangan atau alat pembagi/penghembus sederhana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar