Laman

Jumat, 12 Oktober 2012

Pesawat Ulang-Alik Atlantis

Gambar dibawah ini merupakan pesawat pesawat ulang-alik Atlantis  sewaktu pendaratan.  Pesawat ulang-alik Atlantis ini mengakhiri misi STS-135 yang merupakan misi terakhir program Pesawat Ulang-Alik NASA.

Pertanian

Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber energi, serta untuk mengelola lingkungan hidupnya. Kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang termasuk dalam pertanian biasa difahami orang sebagai budidaya tanaman atau bercocok tanam (bahasa Inggris: crop cultivation) serta pembesaran hewan ternak (raising), meskipun cakupannya dapat pula berupa pemanfaatan mikroorganisme dan bioenzim dalam pengolahan produk lanjutan, seperti pembuatan keju dan tempe, atau sekedar ekstraksi semata, seperti penangkapan ikan atau eksploitasi hutan.
Bagian terbesar penduduk dunia bermata pencaharian dalam bidang-bidang di lingkup pertanian, namun pertanian hanya menyumbang 4% dari PDB dunia. Sejarah Indonesia sejak masa kolonial sampai sekarang tidak dapat dipisahkan dari sektor pertanian dan perkebunan, karena sektor - sektor ini memiliki arti yang sangat penting dalam menentukan pembentukan berbagai realitas ekonomi dan sosial masyarakat di berbagai wilayah Indonesia. Berdasarkan data BPS tahun 2002, bidang pertanian di Indonesia menyediakan lapangan kerja bagi sekitar 44,3% penduduk meskipun hanya menyumbang sekitar 17,3% dari total pendapatan domestik bruto.
Kelompok ilmu-ilmu pertanian mengkaji pertanian dengan dukungan ilmu-ilmu pendukungnya. Inti dari ilmu-ilmu pertanian adalah biologi dan ekonomi. Karena pertanian selalu terikat dengan ruang dan waktu, ilmu-ilmu pendukung, seperti ilmu tanah, meteorologi, permesinan pertanian, biokimia, dan statistika, juga dipelajari dalam pertanian. Usaha tani (farming) adalah bagian inti dari pertanian karena menyangkut sekumpulan kegiatan yang dilakukan dalam budidaya. Petani adalah sebutan bagi mereka yang menyelenggarakan usaha tani, sebagai contoh "petani tembakau" atau "petani ikan". Pelaku budidaya hewan ternak (livestock) secara khusus disebut sebagai peternak.

Sumber:http://id.wikipedia.org

Teknik Bermain Catur

Catur ini banyak memberikan manfaat dan juga hiburan terutama ketika suasana hati sedang tak menentu, kurang mood, atau bahkan tak bergairah karena diputuskan pacar. Dengan bermain catur maka segala beban tersebut akan sirna dengan sendirinya.

Tulisan ini akan bertumpu pada bagaimana teknik catur yang elegan, ciamik, dengan melakukan langkah-langkah yang sulit diterka lawan. Keuletan dan ketelatenan dalam membaca arah gerak lawan sangat diperlukan dalam mendikte setiap langkah yang diperagakan lawan bertanding. Dalam permainan ini benar-benar dibutuhkan sense of intelligent yang tinggi, dan sebaliknya memerlukan kecermatan dalam menghitung timing yang tepat dalam melancarkan serangan yang gencar.

Teknik dan Tips Permainan

Dalam olahraga maupun hal papun jelas membutuhkan teknik jitu supaya menghasilkan sesuatu yang sesuai dengan keinginan. Demikian juga dalam catur. Teknik catur sangat diperlukan dalam menyudahi perlawanan sengit lawan. Diantara beberapa teknik tersebut, yaitu:

1.Buka permainan dengan langkah yang elegan, bisa dengan menjalankan satu pion dengan dua langkah, atau dua pion di sisi kiri dan kanan masing-masing satu langkah.

2. Lebih baik melangkahkan kuda sebelum Anda menjalankan gajah. Langkah kuda yang zigzag (huruf L) akan memudahkan untuk mengobrak-abrik pertahanan lawan.




3.Lebih baik juga untuk melangkahkan gajah sebelum benteng.

4. Jika memungkinan, sebaiknya didahulukan untuk melangkahkan benteng sebelum menteri sebagai penjaga terakhir dari raja.

5. Pejabat seperti kuda, benteng, maupun gajah sebisa mungkin harus bisa menjaga pion supaya tak banyak dimakan pihak lawan karena akan sangat berguna terutama ketika permainan memasuki babak-babak akhir.

6.. Gunakan tipuan atau sergapan yang bisa memerdayai lawan.

7. Pakai strategi dan maksud yang sulit ditebak oleh pihak lawan.

8. Jika terpaksa, tak masalah untuk mengorbankan salah satu punggawa Anda untuk mendapatkan buah yang lebih tinggi jabatannya.

Hindari

Demikian juga ada hal-hal yang harus dihinari supaya Anda tidak mengalami kekalahan dalam pertandingan. Yakni:

1. Tunda sekak terhadap raja lawan sampai momen itu benar-benar datang. Akan sia-sia jika Anda melakukan sekak terlalu cepat.

2. Usahakan untuk memenjarkan prajurit Anda secara terpola dengan masing-masing peran.

3. Hindari permain bidak bertumpuk, dimana semua prajurt berada dalam bidak yang saling berdekatan. Hal tersebut akan menyulitkan langkah Anda sendiri.

4. Sebaliknya, jangan mengisolasi prajurit Anda. Camkan bahwa setiap nyawa sangat berharga dalam membela kerajaan catur Anda.

5. Rileks saja dalam melakukan permainan.

Itulah teknik-teknik catur yang apabila Anda serius untuk menjalankannya maka bisa menghindarkan dari kekalahan.
pocongggg.blogspot.com - TEKNIK BERMAIN CATUR YANG MEMATIKAN

Asal-Usul Catur

Permainan catur menurut Wikipedia pertama kali ditemukan di masyarakat Persia dan Arab. Kata "catur" itu sendiri berasal dari kata "chaturanga," yang dalam bahasa Sanskrit berarti "empat divisi ketentaraan."

Catur kemudian menyebar ke seluruh dunia dengan pelbagai varian permainan sampai kemudian kita kenal seperti sekarang.

Permainan ini awalnya menyebar sampai ke Timur Jauh dan India dan menjadi salah satu pelajaran di keluarga kerajaan dan ningrat Persia. Pemuka agama Budha, pedagang yang lalu-lalang di Jalan Sutra mulai memperkenalkan papan catur untuk permainan ini.


Chaturanga masuk ke Eropa melalui Kejaraan Byzantine Persia, dan menyebar ke Kekaisaran Arab. Pemeluk agama Islam kemudian membawa catur ke Afrika Utara, Sisilia, dan Spanyol pada abad ke-10.

Permainan ini kemudian menjadi populer di Eropa. Dan, pada akhir abad 15, permainan ini lolos dari daftar permainan yang dilarang Gereja. Pada abad modern mulai lahir buku-buku referensi catur, kemudian penggunaan jam catur, serta sejumlah aturan permainan dan pemain-pemain hebat.

ALLAH

Gambar di atas merupakan karya seni dari orang (??)
Lumayan kan....

Misteri Dibalik Catur

Catur...
Kata orang banyak rahasia mengenai catur, tapi saya kali ini akan menguraikan 3 rahasia (kata orang) mengenai catur yang saya ambil dari blog lain.
1. Komputer Dapat Memecahkan Rahasia Catur
Komputer kini adalah lawan terkuat. Komputer bisa menganalisa jutaan posisi dalam waktu sedetik (Program Rybka), semudah statistik. Sekarang ini terdapat kemungkinan 318.979.564.00 kemungkinan saat menggerakan empat langkah pertama bidak catur. Sementara, Yayasan Catur Amerika menemukan bahwa terdapat 169.518.829.100.554.000.000.000.000.000 kemungkinan langkah saat permainan catur memasuki langkah ke 10. Untuk komputer, besar kemungkinan benda ini bisa memecahkan seluruh permainan dengan cara memberi penilaian secara cepat satu langkah yang benar.
Dalam catatan lain, jika sebuah komputer dapat memecahkan permainan catur, seorang manusia tak akan mampu mengingat sekian juta langkah untuk mengalahkan seseorang –ini terlalu sulit. Karena itu penggunaan komputer untuk memecahkan rahasia permainan catur dinilai amat tidak efisien.
Penilaian: Tidak Masuk Akal
2. Berdandan ala Grand Master membuat Anda bermain seperti Maestro

Ini favorit saya. GM Nigel David Short kerap disebut sebagai pecatur Inggris abad 20. Dia menjadi grandmaster pada usia 19 tahun, dan menjadi penantang Juara Dunia Catur Garry Kasparov di London tahun 1993. Hingga sekarang ia masih aktif bermain, dan kesuksesan Short tetap berlanjut. Kini ia melatih catur, menjadi kolumnis dan aktif sebagai komentator.
Saat kembali ke laga dunia di Commonwealth Chess Championship 2008, Nigel Short berkata, “Tentu saja, saya harus berjuang pada posisi sekarang. Saya barangkali sekarang tidak lagi bermain seperti seorang grandmaster. Maka saya memutuskan paling tidak saya berpakaian seperti para GM. Saya mulai memilih kemeja dan dasi, meski banyak orang bilang itu terlalu panas. Saya pikir saya sedikit terlambat saat memulai. Tapi inilah jalan yang saya temukan untuk menarik diri saya keluar dari dalam lubang.”
Barangkali, memang benar ada kaitan berkemeja dan berdasi bagi seseorang untuk menempatkan “kerangka berpikir secara benar.” Buktinya, dalam turnamen itu Nigel Short menempati urutan pertama!
Penilaian: Masuk Akal
3. Maksimalisasi Kesempatan dari Kesalahan Lawan
Dalam sebuah naskah tahun 2003, seorang penulis prihatin melihat pecatur kuat dunia –pemain catur terkuat di dunia berusia 19 tahun ke atas. Penulis naskah itu adalah Neil Sullivan dan Yves Casaubon. Sementara, pecatur terkuat yang tidak berada dalam rentang usia itu menurut Chessbase saat ini adalah Arkadly M Gilman (rangking 2237 FIDE tahun 2003). Dia warga asli Rusia yang kini menetap di Kanada.
Sementara, analisa pertandingan Aekadly Gilman melawan J. Grondin di Le Bolduc II, Montreal, Kanada, tahun 2003, yang dimenangkan oleh Gilman dalam 23 langkah, menurut penulis naskah karena disebabkan kesalahan lawan melangkah. Inilah salah satu misteri rahasia catur. Dalam pendapat saya, ini merupakan jalan terbaik untuk mengungkap sebuah rahasia catur. Dengan membiarkan lawan melakukan kesalahan, anda dapat mengeskploitasi kesalahan geraknya. Dan dengan memaksimalisasi kemungkinan dia melakukan kesalahan gerak, anda semakin memiliki peluang untuk memanfaatkan kesalahan lawan.
Salah satu cara menggunakan kesalahan adalah melalui persiapan pembukaan. Dengan mengejutkan lawan di papan, lawan anda akan terperangah dan sebagai reaksinya dia dapat  melakukan kesalahan melangkah. Tentu saja anda tak bisa memperkirakan kapan kesalahan itu terjadi.
Penilaian: Masuk Akal

Rabu, 10 Oktober 2012

Pengamen Jogya

Vidio ini saya dapat dari teman saya Yahya Ansori, vidio ini sangat enak didengar dan sangat menghibur. Pengamen dalam vidio ini sangat kreatif....

Pertanian Organik

Ada dua pemahaman tentang pertanian organik yaitu dalam arti sempit dan dalam arti luas. Pertanian organik dalam artian sempit yaitu pertanian yang bebas dari bahan – bahan kimia. Mulai dari perlakuan untuk mendapatkan benih, penggunaan pupuk, pengendalian hama dan penyakit sampai perlakuan pascapanen tidak sedikiti pun melibatkan zat kimia, semua harus bahan hayati, alami. Sedangkan pertanian organik dalam arti yang luas, adalah sistem produksi pertanian yang mengandalkan bahan-bahan alami dan menghindari atau membatasi penggunaan bahan kimia sintetis (pupuk kimia/pabrik, pestisida, herbisida, zat pengatur tumbuh dan aditif pakan). Dengan tujuan untuk menyediakan produk – produk pertanian (terutama bahan pangan) yang aman bagi kesehatan produsen dan konsumen serta menjaga keseimbangan lingkungan dengan menjaga siklus alaminya.

Selasa, 09 Oktober 2012

Catur Buta

Catur Buta (juga dikenal sebagai sans voir) adalah cara untuk bermain catur yang mengharuskan pemain tidak melihat posisi bidak-bidak catur, atau melakukan kontak fisik dengan mereka. Hal ini memaksa pemain untuk mengingat posisi bidak-bidak catur dalam pikiran mereka. Langkah bidak-bidak dikomunikasikan melalui notasi catur yang diakui.
Permainan catur dengan menutup mata dianggap ajaib selama berabad-abad, tetapi sekarang sudah banyak pemain catur kuat yang dapat bermain dengan mata tertutup, bahkan dapat mengingat lebih dari satu permainan secara simultan.[1] Dalam permainan catur buta, seorang perantara umumnya mengucapkan kembali gerakan yang dilakukan pemain.

Catur

Catur adalah permainan mental yang dimainkan oleh dua orang. Pecatur adalah orang yang memainkan catur, baik dalam pertandingan satu lawan satu maupun satu melawan banyak orang (dalam keadaan informal). Sebelum bertanding, pecatur memilih biji catur yang akan ia mainkan. Terdapat dua warna yang membedakan bidak atau biji catur, yaitu hitam dan putih. Pemegang buah putih memulai langkah pertama, yang selanjutnya diikuti oleh pemegang buah hitam secara bergantian sampai permainan selesai.

Kata catur diambil dari bahasa Sanskerta yang berarti "empat". Namun kata ini sebenarnya merupakan singkatan dari caturangga yang berarti empat sudut. Di India kuno permainan catur memang dimainkan oleh empat peserta yang berada di empat sudut yang berbeda. Hal ini lain dari permain catur modern di mana pesertanya hanya dua orang saja.
Kemudian kata caturangga ini diserap dalam bahasa Persia menjadi shatranj. Kata chess dalam bahasa Inggris diambil dari bahasa Persia shah.

Penyuluhan Pertanian

Penyuluhan Pertanian adalah pemberdayaan petani dan keluarganya beserta masyarakat pelaku agribisnis melalui kegiatan pendidikan non formal di bidang pertanian agar mereka mampu menolong dirinya sendiri baik di bidang ekonomi, social maupun politik sehingga peningkatan pendapatan dan kesejahteraan mereka dapat dicapai.
Penyuluhan Pertanian adalah Sistem Pemberda-yaan Petani dan Keluarganya Melalui Kegiatan Pembelajaran yang Bertujuan agar Para Petani dan Keluarganya Mampu secara Mandiri Mengorganisasikan Dirinya dan Masyarakatnya untuk Bisa Hidup Lebih Sejahtera. Petani harus diajak belajar bagaimana memelihara dan memanfaatkan sumberdaya yang ada dilingkungannya untuk kesejahteraannya yang lebih baik secara berkelanjutan
Penyuluh pertanian yang akan diterima petani
  • layak untuk dipercaya,
  • tahu persis situasi petani sehingga dapat menunjukkan permasalahan yang dihadapi sekaligus menunjukkan alternatif pemecahannya,
  • selalu ada jika dibutuhkan, dalam arti penyuluh pasti punya waktu untuk sasaran
  • penyuluh tidak sering ganti
Kemampuan yang harus dimiliki Penyuluh Pertanian
  • Kemampuan berkomunikasi
  • Sikap penyuluh: menghayati profesinya, menyukai masyarakat sasaran, yakin bahwa inovasi yang disampaikan telah teruji
  • Kemampuan penyuluh tentang: isi, fungsi, manfaat dan nilai-nilai yang terkandung dalam inovasi; segala sesuatu yang masyarakat suka atau tidak suka
  • Kemampuan untuk mengetahui karakteristik sosial budaya wilayah dan sasarannya (bahasa, agama, kebiasaan, dll.)
Peran Penyuluh Pertanian
  • Sebagai fasilitator: orang yang memberikan fasilitas atau kemudahan
  • Sebagai mediator: orang yang menghubungkan lembaga pemerintah / lembaga penyuluhan dengan sasaran
  • Sebagai dinamisator: orang yang dapat menimbulkan (menjadikan) dinamis
SASARAN PENYULUHAN
  • Seseorang yang berperan sebagai partner penyuluh pertanian
  • Bukan sebagai obyek penyuluhan
  • Orientasi penyuluhan
Fungsi
  • Memberikan informasi yang jelas dan akurat kepada petani tentang pengetahuan dan perkembngan pertanian
  • Membantu petani memperoleh pengetahuan yang lebih terperinci tentang cara memecahkan masalah-masalah pertanian
  • Meningkatkan motivasi petani untuk dapat menerapkan pilihan yng dianggap paling tepat
  • Membantu petani menganalisis situasi yang sedang dihadapi dan melakukan perkiraan kedepan
Tujuan
Agar pertnaian di Indonesia dapat berkembang serta dapat memajukan perekonomian dan kesejahteraan rakyat. Selain itu dapat menambah pengetahuan serta perubahan sikap yang lebih baik yang akan diambil petani untuk kedepannya.

Prinsip Metode Penyuluhan

Prinsip merupakan suatu pernyataan mengenai kebijaksanaan yang dijadikan sebagai pedoman dalam pengambilan keputusan dan dilaksanakan secara konsisten. Dalam kegiatan penyuluhan, prinsip menurut Leagans (1961)menilai bahwa setiap penyuluh dalam melaksanakan kegiatannya harus berpegang teguh pada prinsip-prinsip yang sudah disepakati agar dapat melakukan pekerjaannya dengan baik.

Mardikanto (1999) menyatakan bahwa merujuk pada pemahaman penyuluhan pertanian sebagai proses pembelajaran, maka prinsip-prinsip dalam penyuluhan pertanian sebagai berikut:

1.       Mengerjakan; artinya kegiatan penyuluhan harus sebanyak mungkinmelibatkan masyarakat untuk menerapkan sesuatu.
2.       Akibat; artinya kegiatan pertanian harus memberikan dampak yang memberipengaruh baik.
3.       Asosiasi; artinya kegiatan penyuluhan harus saling terkait dengan kegiatanlainnya. Misalnya apabila seorang petani berjalan di sawahnya kemudian melihat tanaman padinya terserang hama, maka ia akan berupaya untuk melakukan tindakan pengendalian.

Lebih lanjut Dahama dan Bhatnagar dalam Mardikanto (1999)mengemukakan bahwa yang mencakup prinsip-prinsip penyuluhan pertanian:
1.       Minat dan kebutuhan; artinya penyuluhan akan efektif jika selalu mengacukepada minat dan kebutuhan masyarakat, utamanya masyarakat tani.
2.       Organisasi masyarakat bawah; artinya penyuluhan akan efektif jika mampumelibatkan organisasi masyarakat bawah dari setiap keluarga petani.
3.       Keraguan budaya; artinya penyuluhan harus memperhatikan adanyakeragaman budaya.
4.       Perubahan budaya; artinya setiap penyuluhan akan mengakibatkanperubahan budaya.
5.       Kerjasama dan partisipasi; artinya penyuluhan hanya akan efektif jikamenggerakkan partisipasi masyarakat untuk selalu bekerjasama dalammelaksanakan program-program penyuluhan yang telah dicanangkan.
6.       Demokrasi dalam penerapan ilmu; artinya dalam penyuluhan harus selalumemberikan kesempatan kepada masyarakat untuk menawar setiap alternatif.
7.       Belajar sambil bekerja; artinya dalam kegiatan penyuluhan pertanian harusdiupayakan agar masyarakat dapat belajar sambil berbuat, atau belajar daripengalaman tentang segala sesuatu yang ia kerjakan.
8.       Penggunaan metode yang sesuai; artinya penyuluhan harus dilakukandengan penerapan metode yang selalu disesuaikan dengan kondisi lingkungan fisik, kemampuan ekonomi, dan nilai sosial budaya.
9.       Kepemimpinan; artinya penyuluh tidak melakukan kegiatan yang hanya bertujuan untuk kepuasan sendiri, tetapi harus mampu mengembangkan kepemimpinan.
10.   Spesialis yang terlatih; artinya penyuluh harus benar-benar orang yang telahmengikuti latihan khusus tentang segala sesuatu yang sesuai denganfungsinya sebagai penyuluh
11.   Segenap keluarga; artinya penyuluh harus memperhatikan keluarga sebagaisatu kesatuan dari unit sosial.

Selanjutnya, Mardikanto (2006) mengemukakan bahwa prinsip-prinsipdalam metode penyuluhan pertanian, meliputi:
1.       Upaya Pengembangan untuk berpikir kreatif:Prinsip ini dimaksudkan bahwa melalui penyuluhan pertanian harus mampumenghasilkan petani-petani yang mandiri, mampu mengatasi permasalahanyang dihadapi dan mampu mengembangkan kreativitasnya untukmemanfaatkan setiap potensi dan peluang yang diketahui untuk memperbaikimutu hidupnya.
2.       Tempat yang paling baik adalah di tempat kegiatan sasaran:Prinsip ini akan mendorong petani belajar pada situasi nyata sesuai permasalahan yang dihadapi.
3.       Setiap individu terkait dengan lingkungan sosialnya:Prinsip ini mengingatkan kepada penyuluh bahwa keputusan-keputusan yangdiambil petani dilakukan berdasarkan lingkungan sosialnya.
4.       Ciptakan hubungan yang akrab dengan sasaran: Keakraban hubungan antara penyuluh dan sasaran memungkinkan terciptanya keterbukaan sasaran dalam mengemukakan masalahnya.
5.       Memberikan sesuatu untuk terjadinya perubahan.


Metoda yang diterapkan harus mampu merangsang sasaran untuk selalu siap(dalam arti sikap dan pikiran) dan dengan sukahati melakukan perubahan-perubahandemi perbaikan mutu hidupnya sendiri, keluarganya dan masyarakatnya.
Terjadinya perubahan ” context dan content ” pembangunan pertanian dalam erareformasi, mengakibatkan terjadi pula perubahan sasaran dalam penyuluhanpertanian. Perubahan tersebut memberi pengaruh yang sangat besar karena saat initidak hanya petani dijadikan sebagai sasaran utama (objek) kegiatan penyuluhan tapi melibatkan pula stakeholder 
yaitu pelaku agrobisnis. Jadi, penyuluhan pertanian merupakan suatu upaya atau proses kegiatan yang dilakukan dalam rangka pemberdayaan masyarakat dan petani. Secara khusus, penerapan penyuluhanpertanian dalam era disentralisasi (lokalita) sebagaimana yang diamanatkan oleh UUNomor 22 Tahun 1999 yang diperbaharui dengan UU Nomor 32 Tahun 2004, Pusat Pengembangan Penyuluhan (Pusbangluh) Pertanian mengeluarkan kebijakan tentang pelaksanaan penyuluhan pertanian spesifik lokalita yang bersifat partisipatif yaitu,pendidikan nonformal bagi petani dan masyarakat melalui upaya pemberdayaan dan kemampuan memecahkan masalah sesuai dengan kebutuhan dan kondisi wilayah masing-masing dengan prinsip kesetaraan dan kemitraan, keterbukaan, kesetaraan kewenangan, dan tanggung jawab serta kerja sama, yang ditujukan agar merekaberkembang menjadi dinamis dan berkemampuan untuk memperbaiki kehidupan dan penghidupannya dengan kekuatan sendiri.

Senin, 08 Oktober 2012

Padi (Oriza sativa L.)


Padi termasuk famili gramineae, subfamili oryzidae, dan genus Oryzae.  Dari 20 spesies anggota genus Oryzae yang sering dibudidayakan adalah Oryza sativa L. dan Oryza glaberina Steund.  Oryza sativa berbeda dengan Oryza glaberina karena spesies ini memiliki cabang-cabang sekunder yang lebih panjang pada malai daun ligula, namun kedua spesies tersebut berasal dari leluhur yang sama yaitu Oryza parennis Moench yang berasal dari Goudwanaland (Suparyono dan Setyono, 1993).  Berikut ini merupakan taksonomi tanaman padi:
Divisio             : Spermatophyta
Sub-divisio      : Angiospermae
Kelas               : Monocotyledonae
Ordo                : Glumiforae
Famili              : Gramineae
Genus              : Oryza
Spesies            : Oryza sativa, L.
            Padi merupakan tanaman semusim semi-akuatik yang dalam pertumbuhannya cukup banyak memerlukan  air.  Tanaman padi berasal dari tiga daerah yaitu China, India, dan Indonesia sehingga terdapat tiga ras dari padi yaitu sinica (dikenal juga dengan nama japonica), indica dan javanica (Suiatna, 2010).
 1.      Morfologi Tanaman Padi
Menurut Suparyono dan Setyono (1993) pada dasarnya tanaman padi terdiri dari dua bagian utama, yaitu pada bagian vegetatif dan bagian generatif.
a.       Bagian vegetatif tanaman padi
Organ-organ tanaman yang berfungsi mendukung atau menyelenggarakan proses pertumbuhan adalah bagian vegetatif.  Bagian yang termasuk ke dalam bagian ini adalah:
1. Akar
Akar padi tergolong akar serabut.  Akar yang tumbuh dari kecambah biji disebut akar utama (primer radikula).  Akar lain yang tumbuh di dekat buku disebut akar seminal.  Akar padi tidak memiliki pertumbuhan sekunder sehingga tidak banyak mengalami perubahan. Akar tanaman padi berfungsi untuk menopang batang, menyerap nutrisi, air, dan untuk pernapasan.
2. Batang
Secara fisik batang padi berguna untuk menopang tanaman secara keseluruhan yang diperkuat oleh pelepah daun.  Secara fungsional batang berfungsi untuk mengalirkan nutrisi dan air ke seluruh bagian tanaman.
Batang padi bentuknya bulat, berongga, dan beruas-ruas.  Antar ruas dipisahkan oleh buku.  Pada awal pertumbuhannya, ruas-ruas sangat pendek dan bertumpuk rapat.  Setelah memasuki stadium reproduktif, ruas-ruas memanjang dan berongga. Oleh karena itu, stadium reproduktif disebut juga stadium perpanjangan ruas.  Ruas batang makin ke bawah makin pendek.
3.  Daun
Daun padi tumbuh pada buku-buku dengan susunan berselang-seling.  Pada tiap buku tumbuh satu daun yang terdiri dari pelepah daun, helai daun, telinga daun (auricle), dan lidah daun (ligula).  Daun yang paling atas memiliki ukuran terpendek dan disebut daun bendera.  Daun keempat dari daun bendera merupakan daun terpanjang.  Jumlah daun per tanaman tergantung varietas.  Varietas unggul umumnya memiliki 14-18 daun (Saparyono dan Setyono, 1993).
b.      Bagian generatif tanaman padi
Organ generatif padi terdiri atas malai, bunga, dan buah padi.  Awal fase generatif diawali dengan fase primordial bunga yang tidak sama untuk setiap varietas.
1.  Malai
Malai terdiri dari 8-10 buku yang menghasilkan cabang-cabang primer.  Dari buku pangkal malai umumnya hanya muncul satu cabang primer dan dari cabang primer tersebut akan muncul lagi cabang-cabang sekunder.  Panjang malai diukur dari buku terakhir sampai butir gabah paling ujung.  Kepadatan malai adalah perbandingan antara jumlah bunga tiap malai dengan panjang malai.
2.  Bunga
Bunga padi berkelamin dua dan memiliki 6 buah benang sari dengan tangkai sari pendek dan dua kandungan serbuk di kepala sari.  Bunga padi juga mempunyai dua tangkai putik dengan dua buah kepala putik yang berwarna putih atau ungu.  Sekam mahkotanya ada dua, yang bawah disebut lemma, sedangkan yang di atas disebut palea.
Pada dasar bunga terdapat dua daun mahkota yang berubah bentuk yang disebut lodicula.  Bagian ini sangat berperan dalam pembukaan palea.  Lodicula mudah mengisap air dari bakal buah sehingga mengembang.  Pada saat palea membuka, maka benang sari akan keluar serta pembukaan bunga diikuti oleh pemecahan kantong serbuk dan penumpahan serbuk sari.  Setelah serbuk sari ditumpahkan, lemma dan palea menutup kembali.  Penempelan serbuk sari pada kepala putik mengawali proses penyerbukan dan pembuahan (Saparyono dan Setyono, 1993).
3. Buah Padi
Buah padi atau gabah terdiri dari bagian luar yang disebut sekam dan bagian dalam disebut karyopsis.  Sekam terdiri dari lemma dan palea.  Biji yang sering disebut beras pecah kulit adalah karyopsis yang terdiri dari lembaga (emrio) dan endosperm.

Prinsip Meode SRI

Secara umum dalam konsep SRI tanaman diperlakukan sebagai organisme hidup sebagaimana mestinya, tidak diperlakukan seperti mesin yang dapat dimanipulasi.  Semua potensi tanaman padi dikembangkan dengan cara memberikan kondisi yang sesuai dengan pertumbuhannya.  Hal ini karena SRI menerapkan konsep sinergi, dimana semua komponen teknologi SRI berinteraksi secara positif dan saling menunjang sehingga hasil secara keseluruhan lebih banyak daripada jumlah masing-masing bagian.  Menurut Berkelaar (2001), Kuswara (2003) dan Wardana et al, (2005) terdapat beberapa komponen penting dalam penerapan SRI yaitu :
1.   Bibit dipindah lapangan (Transplantasi) lebih awal (bibit muda).
2.   Bibit ditanam satu batang per lubang tanam.
3.   Jarak tanam lebar.
4.   Kondisi tanah tetap lembab tapi tidak tergenang air (irigasi berselang)
5.   Menggunakan pupuk dari bahan organik kompos dan mikro organisme local (MOL)
6.   Dilakukan Penyiangan/pendangiran

Hal paling mendasar dalam budidaya SRI adalah menerapkan irigasi intermitten artinya siklus basah kering bergantung pada kondisi lahan, tipe tanah dan ketersediaan air.  Selama kurun waktu penanaman lahan tidak tergenang tetapi macak-macak (basah tapi tidak tergenang).  Cara ini bisa menghemat air 46%.  Selain itu sedikitnya air juga mencegah kerusakan akar tanaman.  Menurut  Simarmata dalam Trubus 2008, Penggenangan air menyebabkan kerusakan jaringan perakaran akibat terbatasnya suplay oksigen.  Semakin tinggi air semakin kecil oksigen terlarut,  dampaknya akar tanaman tidak mampu mengikat oksigen sehingga jaringan perakaran rusak.  Selain itu jika air tergenang menyebabkan musuh alami hama padi tidak dapat hidup sedangkan hama padi dapat hidup dan dapat memunculkan hama padi baru yang berasal dari lingkungan aquatik.

Budidaya Padi Metode SRI

SRI adalah teknik budidaya padi inovatif yang diketemukan tahun 1980­an oleh seorang
biarawan Perancis bernama Henri de Laulanié. Pada sekitar tahun 1980­an metodologi
ini hanya berkembang terbatas di Madagaskar, tempat Laulanié mengabdikan dirinya
sejak tahun 1961. Menjelang akhir tahun 1990­an, SRI mulai mendunia berkat usaha
keras Prof. Dr. Norman Uphoff Cornel University, Amerika Serikat. Pada tahun
1997, Prof. Norman Uphoff memberikan presentasi di Bogor.
SRI saat ini sedang dalam ” sedang berjalan” dan belum selesai . Metode SRI
memungkan petani untuk :
1. Meningkatkan produksi padi lebih dari 50 %
2. Mengurangi input dan biaya
a. Bibit – mengurangi antara 80 % ­ 90 %
b. Pemberian air Irigasi antara 25% ­ 50 %
c. Pupuk kimia – dikurangi atau ditiadakan
d. Beras yang dihasilkan lebih tinggi .
Menurut Norman Uphoff SRI tujuan utamanya adalah PRODUCTIVITY tidak hanya
meningkatkan HASIL . SRI dalam waktu sama akan menghasilkan produktifitas antara
lain :
• Hasil per­unit area lebih tinggi
• Hasil kerja perhari yang didapat buruh lebih tinggi .
• Lebih banyak tanaman yang mendapat dengan metode SRI
• Mendapat keuntungan yang lebih tinggi .
Lima (5) dasar simple dari SRI yang mendasar yaitu :
1. Menggunakan bibit muda : untuk melindungi pertumbuhan potensial
2. Spasi yang lebar dengan menggunakan bibit tunggal
3. Memperhankan tanah basah tetapi tidak menggenang
4. Mempertinggi soil organic
5. Sirkulasi dalam tanah terjaga semaksimal mungkin
Dari pengalaman SRI di negara Banglades , Cambodia, China, Indonesia , Nepal ,
Srilangka Vietnam bahwa rata terjadi pengningkatan untuk padi sebesar rata 52 %
untuk pemberian air berkurang 40 % , biaya yang bisa dihemat antara 25 % dan
income yang didapat sebesar rata 128 %

SRI (the System of Rice Intensification)

SRI mengembangkan praktek pengelolaan padi yang memperhatikan kondisi pertumbuhan tanaman yang lebih baik, terutama di zona perakaran, dibandingkan dengan teknik budidaya cara tradisional.  SRI dikembangkan di Madagaskar awal tahun 1980 oleh Henri de Lauline, seorang pastor Jesuit yang lebih dari 30 tahun hidup bersama petani-petani di sana.  Tahun 1990 dibentuk Association Tefy Saina (ATS), sebuah LSM Malagasy untuk memperkenalkan SRI. Empat tahun kemudian, Cornell International Institution for Food, Agriculture and Development (CIIFAD), mulai bekerja sama dengan Tefy Saina untuk memperkenalkan SRI di sekitar Ranomafana National Park di Madagaskar Timur, didukung oleh US Agency for International Development. SRI telah diuji di Cina, India, Indonesia, Filipina, Sri Langka dan Bangladesh dengan hasil yang positif.
Hasil metode SRI sangat memuaskan (lihat Tabel 1).  Di Madagaskar, pada beberapa tanah tak subur yang produksi normalnya 2 ton/ha, petani yang menggunakan SRI memperoleh hasil panen lebih dari 8 ton/ha, beberapa petani memperoleh 10 – 15 ton/ha, bahkan ada yang mencapai 20 ton/ha.  Sedangkan, di daerah lain selama 5 tahun, ratusan petani memanen 8-9 ton/ha.  Metode SRI minimal menghasilkan panen dua kali lipat dibandingkan metode varietas padi lain yang pernah ditanam.  Petani tidak harus menggunakan input luar untuk memperoleh manfaat SRI.  Metode ini juga bisa diterapkan untuk berbagai varietas yang biasa dipakai petani. Hanya saja, diperlukan pikiran yang terbuka untuk menerima metode baru dan kemauan untuk bereksperimen. Dalam SRI, tanaman diperlakukan sebagai organisme hidup sebagaimana mestinya, bukan diperlakukan seperti mesin yang dapat dimanipulasi.  Semua unsur potensi dalam tanaman padi dikembangkan dengan cara memberikan kondisi yang sesuai dengan pertumbuhan mereka.
Mulanya, praktek penerapan SRI tampak “melawan arus”.  SRI menentang asumsi dan praktek yang selama ratusan bahkan ribuan tahun telah dilakukan.  Kebanyakan petani padi menanam bibit yang telah matang (umur 20-30 hari), dalam bentuk rumpun, secara serentak, dengan penggenangan air di sawah seoptimal mungkin di sepanjang musim. Mengapa? Praktek ini seolah-olah mengurangi resiko kegagalan bibit mati.  Masuk akal bahwa tanaman yang lebih matang seharusnya mampu bertahan lebih baik; penanaman dalam bentuk rumpun akan menjamin beberapa tanaman tetap hidup saat pindah tanam (transplanting); dan penanaman dalam air yang menggenang menjamin kecukupan air dan gulma sulit tumbuh.
            Terlepas dari alasan di atas, para petani yang menerapkan metode SRI belum menemukan resiko yang lebih besar daripada metode tradisional. Empat penemuan kunci penerapan SRI adalah:
1.      Bibit dipindah lapang (transplantasi) lebih awal
Bibit padi ditransplantasi saat dua daun telah muncul pada batang muda, biasanya saat berumur 8-15 hari (Lihat Gambar 1).  Benih harus disemai dalam petakan khusus dengan menjaga tanah tetap lembab dan tidak tergenang air.  Saat transplantasi dari petak semaian, perlu kehati-hatian dan sebaiknya dengan memakai cethok, serta dijaga tetap lembab.  Jangan bibit dibiarkan mengering.  Sekam (sisa benih yang telah berkecambah) biarkan tetap menempel dengan akar tunas, karena memberikan energi yang penting bagi bibit muda. Bibit harus ditranplantasikan secepat mungkin setelah dipindahkan dari persemaian ---sekitar ½ jam, bahkan lebih baik 15 menit.  Saat menanam bibit di lapangan, benamkan benih dalam posisi horisontal agar ujung-ujung akar tidak menghadap ke atas (ini terjadi bila bibit ditanam vertikal ke dalam tanah). Ujung akar membutuhkan keleluasaan untuk tumbuh ke bawah.  Tranplantasi saat bibit masih muda secara hati-hati dapat mengurangi guncangan dan meningkatkan kemampuan tanaman dalam memproduksi batang dan akar selama tahap pertumbuhan vegetatif.  Bulir padi dapat muncul pada malai (misalnya “kuping” bulir terbentuk di atas cabang, yang dihasilkan oleh batang yang subur).  Lebih banyak batang yang muncul dalam satu rumpun, dan dengan metode SRI, lebih banyak bulir padi yang dihasilkan oleh malai.
2.      Bibit ditanam satu-satu daripada secara berumpun
Bibit ditranplantasi satu-satu daripada  secara berumpun, yang terdiri dari dua atau tiga tanaman. Ini dimaksudkan agar tanaman memiliki ruang untuk menyebar dan memperdalam perakaran. Sehingga tanaman tidak bersaing terlalu ketat untuk memperoleh ruang tumbuh, cahaya, atau nutrisi dalam tanah.  Sistem perakaran menjadi sangat berbeda saat tanaman ditanam satu-satu, dan ketika uraian berikut diikuti :

3.      Jarak tanam yang lebar
Dibandingkan dengan baris yang sempit, bibit lebih baik ditanam dalam pola luasan yang cukup lebar dari segala arah.  Biasanya jarak minimalnya adalah 25 cm x 25 cm
Sebaiknya petani berani mencoba berbagai jarak tanam dalam berbagai variasi, karena jarak tanam yang optimum (yang mampu menghasilkan rumpun subur tertinggi per m2) tergantung kepada struktur, nutrisi, suhu, kelembaban dan kondisi tanah yang lain. Pada prinsipnya tanaman harus mendapat ruang cukup untuk tumbuh. Mungkin anda pernah juga menggunakan metode lain selain SRI, namun jarang yang jarak tanam terbaiknya dibawah 20 cm x 20 cm. Hasil panen maksimum diperoleh pada sawah subur dengan jarak tanam 50 x 50 cm, sehingga hanya 4 tanaman per m2.
Untuk membuat jarak tanam yang tepat (untuk memudahkan pendangiran), petani dapat meletakkan tongkat-tongkat dipinggir sawah, lalu diantaranya diikatkan tali melintas sawah. Tali harus diberi tanda interval yang sama, sehingga dapat menanam dalam pola segi empat. Dengan jarak tanam yang lebar ini, memberi kemungkinan lebih besar kepada akar untuk tumbuh leluasa, tanaman juga akan menyerap lebih banyak sinar matahari, udara dan nutrisi. Hasilnya akar dan batang akan tumbuh lebih baik (juga penyerapan nutrisi).  Pola segi empat juga memberi kemudahan untuk pendangiran (lihat no. 6 di bawah).
Jika petani sudah lebih berpengalaman, mereka dapat menghemat waktu dengan hanya menandai titik persilangan tali di petak sawah dengan lidi atau alat lain. Dalam metode SRI kebutuhan benih jauh lebih sedikit dibandingkan metode tradisional, salah satu evaluasi SRI menunjukkan bahwa kebutuhan benih hanya 7 kg/ha, dibanding dengan metode tradisional yang mencapai 107 kg/ha.  Belum lagi hasil panen yang diperoleh berlipat ganda karena setiap tanaman memproduksi lebih banyak padi.

4.      Kondisi tanah tetap lembab tapi tidak tergenang air
Secara tradisional penanaman padi biasanya selalu digenangi air.  Memang benar, bahwa padi mampu bertahan dalam air yang tergenang. Namun, sebenarnya air yang menggenang membuat sawah menjadi hypoxic (kekurangan oksigen) bagi akar dan tidak ideal untuk pertumbuhan.  Akar padi akan mengalami penurunan bila sawah digenangi air, hingga mencapai ¾ total akar saat tanaman mencapai masa berbunga.  Saat itu akar mengalami die back (akar hidup tapi bagian atas mati). Keadaan ini disebut juga “senescence”, yang merupakan proses alami, tapi menunjukkan tanaman sulit bernafas, sehingga menghambat fungsi dan pertumbuhan tanaman.
Dengan SRI, petani hanya memakai kurang dari ½ kebutuhan air pada sistem tradisional yang biasa menggenangi tanaman padi.  Tanah cukup dijaga tetap lembab selama tahap vegetatif, untuk memungkinkan lebih banyak oksigen bagi pertumbuhan akar.  Sesekali (mungkin seminggu sekali) tanah harus dikeringkan sampai retak.  Ini dimaksudkan agar oksigen dari udara mampu masuk kedalam tanah dan mendorong akar untuk “mencari” air.  Sebaliknya, jika sawah terus digenangi, akar akan sulit tumbuh dan menyebar, serta kekurangan oksigen untuk dapat tumbuh dengan subur.
Kondisi tidak tergenang, yang dikombinasi dengan pendangiran mekanis, akan menghasilkan lebih banyak udara masuk kedalam tanah dan akar berkembang lebih besar sehingga dapat menyerap nutrisi lebih banyak. Pada sawah yang tergenang air, di akar padi akan terbentuk kantung udara (aerenchyma) yang berfungsi untuk menyalurkan oksigen.  Namun, karena kantung udara ini mengambil 30-40% korteks akar, maka dapat berpotensi menghentikan penyaluran nutrisi dari akar keseluruh bagian tanaman.  Penggenangan dapat dilakukan sebelum pendangiran untuk mempermudah pendangiran (lihat no. 5).  Selain itu, penggenangan air paling baik dilakukan pada sore hari (bila pada hari itu tidak hujan), sehingga air yang berada di permukaan mulai mengering keesokan harinya.  Perlakuan ini membuat sawah mampu untuk menyerap udara dan tetap hangat sepanjang hari; sebaliknya sawah yang digenangi air justru akan memantulkan kembali radiasi matahari yang berguna, dan hanya menyerap sedikit panas yang diperlukan dalam pertumbuhan tanaman.  Dengan SRI, kondisi tak tergenangi hanya dipertahankan selama pertumbuhan vegetatif.  Selanjutnya, setelah pembungaan, sawah digenangi air 1-3 cm seperti yang diterapkan di praktek tradisional.  Petak sawah diairi secara tuntas mulai 25 hari sebelum panen.
Sebagai tambahan untuk 4 prinsip ini, 2 praktek lain sangat penting dalam metode SRI. Keduanya tidak berlawanan dan telah lama dikenal oleh petani dalam bercocok tanam.

5.      Pendangiran
Pendangiran (membersihkan gulma dan rumput) dapat dilakukan dengan tangan atau alat sederhana (lihat gbr 3).  Para petani di Madagaskar beruntung setelah menggunakan alat pendangiran yang dikembangkan International Rice Research Institute sejak tahun 1960-an, yang mampu mengurangi tenaga kerja dan meningkatkan hasil panen.  Alat ini mempunyai roda putar bergerigi yang berfungsi untuk mengaduk tanah saat ditekan ke bawah dan tidak merusak tanaman karena ada jarak diantara roda.  Pendangiran ini membutuhkan banyak tenaga ---bisa mencapai 25 hari kerja untuk 1 ha--- tapi hal ini tidak sia-sia karena hasil panen yang diperoleh sangat tinggi.

Pendangiran pertama dilakukan 10 atau 12 hari setelah tranplantasi, dan pendangiran kedua setelah 14 hari. Minimal disarankan 2-3 kali pendangiran, namun jika ditambah sekali atau dua kali lagi akan mampu meningkatkan hasil hingga satu atau dua ton per ha. Yang lebih penting dari praktek ini bukan sekedar untuk membersihkan gulma, tetapi pengadukan tanah ini dapat memperbaiki struktur dan meningkatkan aerasi tanah.

6.      Asupan Organik
Awalnya SRI dikembangkan dengan menggunakan pupuk kimia untuk meningkatkan hasil panen pada tanah-tanah tandus di Madagaskar.  Tetapi saat subsidi pupuk dicabut pada akhir tahun 1980-an, petani disaarankan untuk menggunakan kompos, dan ternyata hasilnya lebih bagus.  Kompos dapat dibuat dari macam-macam sisa tanaman (seperti jerami, serasah tanaman, dan bahan dari tanaman lainnya), dengan tambahan pupuk kandang bila ada.  Daun pisang bisa menambah unsur potasium, daun-daun taaman kacang-kacangan dapat menambah unsur N, dan tanaman lain seperti Tithonia dan Afromomum angustifolium, memberikan tamabahan unsur P.  Kompos menambah nutrisi tanah secara perlahan-lahan dan dapat memperbaiki struktur tanah.  Di tanah yang miskin jika tidak di pupuk kimia, secara otomatis perlu diberikan masukan nutrisi lain. Pedomannya: dengan hasil panen yang tinggi, sesuatu perlu dikembalikan untuk menyuburkan tanah!

KEBERLANJUTAN DAN MASALAH YANG DIHADAPI PETANI DALAM MENERAPKAN SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION (SRI) (STUDI KASUS DI KECEMATAN HARAU KABUPATEN LIMAPULUH KOTA)


I.                   PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Padi (Oryza sativa L.) merupakan bahan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Kebutuhan masyarakat akan beras dari tahun ke tahun semakin meningkat, hal ini disebabkan oleh jumlah penduduk yang semakin bertambah. Peningkatan konsumsi terhadap beras ini tidak diimbangi oleh angka peningkatan produksi beras dalam negeri, untuk mengatasi masalah ini pemerintah menerapkan pembangunan pertanian berkelanjutan. Namun, kebijakan pemerintah ini tidak berjalan sesuai dengan rencana. Tiap tahunnya pemerintah masih harus mengimpor beras ratusan ribu ton dari luar negeri.
Dalam rangka mencukupi kebutuhan pangan yang semakin besar, pemerintah Indonesia mencanangkan beberapa program dibidang pertanian salah satunya adalah program itensifikasi tanaman pangan. Melalui program  ini diharapkan produksi pangan meningkat dari luasan lahan yang sudah ada dan  tentunya ditunjang dengan perbaikan teknik budidaya, penggunaan varietas unggul, dan penggunaan benih bermutu.
Berdasarkan kenyataan ini, maka usaha peningkatan produktivitas padi nasional menjadi sangat kompleks dan upaya peningkatan produktivitas padi tetap perlu mendapat perioritas yang tinggi dalam pembangunan pertanian Indonesia. Departemen Pertanian (1998) menyatakan bahwa peluang peningkatan produktivitas padi masih memungkinkan karena hingga saat ini rata-rata produktivitas yang dicapai di tingkat petani masih di bawah potensi hasil.  Adanya kesenjangan hasil tersebut mengindikasikan bahwa penerapan teknologi di tingkat petani masih belum optimal sesuai anjuran.
Kebiasaan petani menanam padi dengan sistem genangan dan pemberian pupuk kimia secara terus-menerus dalam berbudidaya padi membuat lahan kurang produktif lagi sehingga produktifitas padi masih rendah. Selama ini petani menanam padi dengan cara menggenangi sawahnya selama fase vegetatif dan pada fase generatif  lahan sawah dikeringkan. Akibatnya anakan yang dihasilkan tanaman padi sedikit, karena tanaman padi bernafas dalam keadaan anaerob. Genangan air ini membuat perakaran tanaman padi terganggu dan banyak akar tanaman yang membusuk sehingga anakan produktif yang dihasilkanpun sedikit dan membuat hasil panen sedikit pula.
Dalam upaya peningkatan produktivitas padi ini maka perlu suatu teknologi yang tepat guna, salah satu teknologinya yaitu penerapan SRI ( The Sistem of Rice Intensification) yang dalam bahasa minangnya dipopulerkan dengan Padi Tanam Sabatang (PTS). SRI merupakan salah satu sistem budidaya tanaman padi yang menekankan menajemen pengelolaan tanaman, tanah, dan air. Sistem SRI ini dapat meningkatkan hasil panen padi sebesar 78% (Hasan dan Sato, 2007).
Pada penerapan metode SRI, selama fase vegetatif tanaman padi lahan sawah dibiarkan dalam keadaan kering sehingga memungkinkan akar tanaman bernafas secara aerob. Membaiknya  perkembangan akar tanaman akan membuat pertumbuhan tanaman secara keseluruhan meningkat, indikasinya adalah anakan produktif semakin banyak dan pada akhirnya hasil panen juga meningkat.
Metode SRI ini sudah disosialisasikan dan dilakukan percobaan demplot uji coba pada tahun 2007 pada kelopok tani Sawah Bandang Kenagarian Koto Tuo Kecamatan Harau. Pembinaan masyarakat petani ini dilakukan dengan bentuk penyuluhan dan demplot budidaya padi dengan metode SRI.  Produksi padi hasil dari demplot percobaan ini memberikan hasil produksi yang memuaskan yaitu 8 ton/ha jauh lebih tinggi dibandingkan dengan sistem konvensional yaitu 4 ton/ha  (Musdar, Deni, Nelson, Ismawardi, Yun, dan Ukrita, 2007).
Musdar dkk (2007), menyebutkan bahwa di awal penyuluhan ini hampir 92% petani memahami metode ini dan hampir 100% petani mau menerima dan melaksanakan budidaya padi sawah dengan metode SRI.  Namun pada kenyataan sekarang banyak petani yang beralih kembali dari sistem metode SRI ke metode lama konvensional walaupun petani sudah tahu metode ini dapat meningkatkan hasil produksi.
Oleh karena pemasalahan di atas peneliti tertarik untuk mengangkat judul Keberlanjutan dan Masalah yang Dihadapi Petani Dalam Menerapkan Metode SRI (The System of Rice Intensification) untuk mengetahui masalah apa saja yang menghambat petani dalam penerapan metode SRI ini dilapangan, sehingga bisa menjadi bahan perbaikan dalam memasyarakatkan metode SRI.
1.2.Perumusan Masalah
Dari latar belakang diatas maka peneliti bisa merumuskan masalah  sebagai berikut:
a)      Masalah apa saja yang mempengaruhi petani sehingga petani sulit untuk menerapkaan metode SRI dan enggan beralih dari sistem konvensional?
b)      Apakah karena sulitnya berbudidaya tanaman padi dengan metode SRI membuat petani tidak beralih dari pertanian konvensional?
c)      Masalah apakah yang paling membuat petani tidak melanjutkan metode SRI dalam membudidayakan tanaman padi?.
1.3.Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
a.       Mengetahui masalah-masalah yang dialami masyarakat petani dalam menerapkan pola tanam SRI studi kasus di Kecamatan Harau Kabupaten Limapuluh Kota.
b.      Mengetahui langkah-langkah yang akan dilakukan untuk perbaikan sistem SRI ini di masyarakat.
1.4.Manfaat Penelitian
a.       Bagi petani
Diharapkan dengan adanya penelitian ini bisa memberikan saran dan masukan terhadap perbaikan metode SRI dikalangan petani dengan diketahuinya masalah yang ada di petani sebelumnya.
b.      Bagi penulis
Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman penulis tentang metode SRI.
c.       Bagi pemerintah
Sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan, guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat petani dan untuk perbaikan dalam mensosialisasikan metode SRI ini ke masyarakat.
1.5.Hipotesa
Dari uraian latar belakang dan perumusan masalah diatas maka dapat diambil suatu hipotesa sebagai berikut: Diduga ketidakberlanjutan SRI disebabkan oleh banyaknya masalah dan kendala yang dihadapi petani dalam penerapan sistem budidayanya.  

II.                TINJAUAN PUSTAKA
2.1.  Tanaman Padi
Padi termasuk famili gramineae, subfamili oryzidae, dan genus Oryzae.  Dari 20 spesies anggota genus Oryzae yang sering dibudidayakan adalah Oryza sativa L. dan Oryza glaberina Steund.  Oryza sativa berbeda dengan Oryza glaberina karena spesies ini memiliki cabang-cabang sekunder yang lebih panjang pada malai daun ligula, namun kedua spesies tersebut berasal dari leluhur yang sama yaitu Oryza parennis Moench yang berasal dari Goudwanaland (Suparyono dan Setyono, 1993). 
            Padi merupakan tanaman semusim semi-akuatik yang dalam pertumbuhannya cukup banyak memerlukan  air.  Tanaman padi berasal dari tiga daerah yaitu China, India, dan Indonesia sehingga terdapat tiga ras dari padi yaitu sinica (dikenal juga dengan nama japonica), indica dan javanica (Suiatna, 2010).
Lingkungan yang baik sangat diperlukan bagi tanaman padi dalam usaha meningkatkan produktifitas hasil.  Lingkungan tersebut terdiri dari lingkungan alami dan hasil buatan manusia.  Lingkungan alami mencakup unsur iklim seperti: cuaca, tanah, curah hujan, intensitas cahaya, dan angin, kelembaban dan lingkungan biotik (Mugnisjah dan Setiawan, 2001).
Tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi adalah tanah sawah yang kandungan fraksi pasir, debu dan lempung dalam perbandingan tertentu dengan diperlukan air dalam jurnlah yang cukup.  Padi dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang ketebalan lapisan atasnya antara 18 -22 cm dengan pH antara 4-7 (Dinas Pertanian dan Kehutanan Kab. Bantul, 2007).
2.2.   Metode SRI
SRI merupakan salah satu sistem budidaya tanaman padi yang menekankan menajemen pengelolaan tanaman, tanah, dan air yang dapat digunakan sebagai salah satu sistem budidaya untuk intensifikasi pertanian. Gagasan SRI pada mulanya dikembangkan di Madagaskar awal tahun 1980 oleh Fr. Henri de Laulanie, S. J., seorang Pastor Jesuit asal Prancis. Oleh penemunya, metodologi ini selanjutnya dalam bahasa Prancis dinamakan Le Systme de Riziculture Intensive disingkat SRI  dan dalam bahasa Inggris dikenal dengan nama Sistem of Rice Intensification  (Anugrah, Wardana dan Sumedi, 2008).  
Penerapan SRI berdasarkan atas lima komponen penting yaitu, penanaman bibit muda yaitu 6-12 hari setelah semai, bibit ditanam satu batang per lubang, jarak tanaman yang lebar, kondisi tanah yang lembab dan rutin dilakukan penyiangan untuk menghilangkan gulma serta meningkatkan aerasi tanah (Sutaryat, 2008).
Penggunaan  bibit muda pada sistem SRI ini karena pada bibit muda akar lebih mampu menyokong tanaman yang akan tumbuh dibandingkan dengan bibit tua, hal ini menentukan dalam pertumbuhan tanaman selanjutnya (Suryanata, 2007).  Penanaman satu batang per lubang akan menurunkan kebutuhan benih serta kondisi tanah yang tidak tergenang dapat meningkatkan aerasi dan efisiensi penggunaan air (Departemen Pertanian, 2009).
Menurut VECO Indonesia (2007), proses pengelolaan air dan penyiangan dalam metode SRI dilakukan sebagai berikut.
  1. Ketika padi mencapai umur 1—8 hari sesudah tanam (HST), keadaan air di lahan adalah “macak-macak”.
  2. Sesudah padi mencapai umur 9—10 HST air kembali digenangkan dengan ketinggian 2-3 cm selama 1 malam saja. Ini dilakukan untuk memudahkan  penyiangan tahap pertama.
  3. Setelah selesai disiangi, sawah kembali dikeringkan sampai padi mencapai umur 18 HST.
  4. Pada umur 19—20 HST sawah kembali digenangi untuk memudahkan penyiangan tahap kedua.
  5. Selanjutnya setelah padi berbunga, sawah diairi kembali setinggi 1—2 cm dan kondisi ini dipertahankan sampai padi “masak susu” (± 15—20 hari sebelum panen).
Melalui percobaan di beberapa Negara yaitu Madagaskar, Cina, Indonesia, Bangladesh, Sri Lanka, Gambia, dan Kuba diketahui produktivitas padi SRI sebesar 5.4-15 ton/ha dan non SRI 3.12-5 ton/ha, terjadi peningkatan produktivitas padi antara 30-219% (Suryanata, 2007).
Di Indonesia sendiri, metode SRI mulai dikembangkan melalui pengujian dan evaluasi di Balai Penelitian Padi Sukamandi, Jawa Barat. Pengujian dilakukan pada dua musim tanam yaitu pada musim kemarau 1999 dengan hasil 6.2 ton/ha dan pada musim hujan 1999/2000 menghasilkan padi 8.2 ton/ha (Hasan dan Sato, 2007).  SRI juga sudah diuji coba dan diterapkan di beberapa wilayah di Indonesia, pada wilayah Indonesia bagian timur SRI dapat meningkatkan produksi padi sebesar 78%, penurunan penggunaan benih sebesar 80%, penghematan penggunaan air sebesar 40% serta menurunkan biaya produksi sebesar 20% (Hasan dan Sato, 2007).
Seperti metode lainnya, SRI juga memiliki keunggulan dan tantangan. Keunggulan SRI antara lain (Uphoff dan Fernandes, 2003):
a.       Dapat meningkatkan produksi padi sampai 50% bahkan ada yang lebih.
b.      Pengurangan dalam pemakaian :
Ø  Benih 80-90%.
Ø  Kebutuhan air 25-50%.
c.       Semua varietas benih dapat digunakan.
d.      Biaya produksi turun 10-25%.
e.       Pendapatan petani meningkat.
Tantangan dalam penerapan metode SRI antara lain :
a.       Pengaturan air sangat diperlukan untuk mendapatkan hasil yang terbaik.
b.      Kebutuhan akan tenaga kerja yang meningkat.
c.       Pelatihan dan pembelajaran untuk petani (motivasi dan keahlian).
Sistem tanam pada metode SRI pada prakteknya berbeda dengan sistem konvensional, perbedaan ini dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Perbedaan Metode SRI dengan sistim konvensional
No
Komponen
Konvensional
Metode SRI
1
Kebutuhan benih
30-40 kg/ha
5-7 kg kg/ha
2
Pengujian benih
Tidak dilakukan
Dilakukan pengujian
3
Umur dipersemaian
20-30 HSS
7-10 HSS
4
Pengolahan tanah
2-3 kali (struktur lumpur)
3 kali (struktur lumpur dan rata)
5
Jumlah tanaman per lobang
Rata-rata 5 batang
1 batang
6
Posisi akar waktu tanam
Tidak beraturan
Horizontal (L)
7
Pengairan
Terus digenangi
Disesuaikan dengan kebutuhan
8
Pemupukan
Pupuk kimia
Pupuk organik
9
Penyiangan
Diarahkan pada pemberantasan gulma
Diarahkan pada pengelolaan perakaran
10
Rendemen
50-60%
60-70%
(Sumber: Mutakin, 2008)
            Selain perbedaan di atas, menurut Agustamar (2011) metode SRI mempunyai perbedaan mendasar dalam penggunaannya dengan cara konvensional yaitu: (1) Persiapan bibit awalnya dilakukan perendaman selama 24 jam dan diperam selama 2 malam, disemaikan pada media tanah dicampur dengan pupuk kandang dengan perbandingan 1-1 dipersemaian, dan dibiarkan bekecambah sehingga menjadi bibit muda pada umur 12 hari sehingga siap untuk ditanam dilahan sawah,
(2) Pengairan selama periode pertumbuhan dan produksi dimana kondisi air tidak menggenang, sejak penanaman sampai 5 hari setelah tanam terlihat rekahan kecil maka dilanjutkan dengan pembasahan ulang pada sore hari hingga lembab dan dikeringkan pula hingga terbentuk rekahan kecil pada 3 hari berikutnya. Periode ini berlangsung hingga masuknya masa pembungaan, selama masa pembungaan hingga matang fisiologis tinggi air dipertahankan 3 cm. (3) Penggunaan bahan organik sampai batas normal kadar bahan organik tanah yaitu 3-5%. (4) Pengaturan jarak tanam yang lebar 30x30 cm dan penanamannya 1 bibit per lobang tanam.
2.3.Permasalahan

2.4.Kecamatan Harau
Kecamatan Harau terletak antara 0 derajat 36’08 “ Lintang Utara dan 100 derjat 39’03 “ Lintang Selatan.  Luas daratan mencapai 416.80 Km2 yang berarti 12,43 % dari daratan Kabupaten Limapuluh Kota yang luasnya 3.354,30 Km2 terdiri 11 Nagari dengan 43 jorong (Limapuluh Kota.com, 2012)
Topografi Kecamatan Harau bervariasi antara datar, bergelombang,dan berbukit-bukit, dengan ketinggian dari permukaan laut terendah (498 m dpl) terletak di jorong Subarang Kenagarian Taram  dan yang tertinggi adalah Bukit Kumayan yang terletak di Jorong Ulu Air Kenagarian Harau yaitu 1525 m dpl (Limapuluh Kota.com, 2012)
Daratan Kecamatan Harau dialiri oleh 6 sungai besar dan kecil yaitu sungai Sinamar, Harau, Sinipan, Salimpauang, Campo, dan Mungo, yang telah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat untuk pengairan sawah, kolam, keramba (Limapuluh Kota.com, 2012)
Kecamatan Harau merupakan Kecamatan yang hasil produksi padinya tertinggi di Kabupaten Limapuluh Kota diikuti oleh Kecamatan Lareh Sago Halaban dan Guguak.  Untuk melihat produksi padi di Kabupaten Limapuluh Kota berdasarkan Kecamatan dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Luas panen, produksi, dan produktifitas padi di Kabupaten Limapuluh Kota
No
Kecamatan
Luas Panen (ha)
Produksi (ton)
Produktifitas (ton/ha)
1
Payakumbuh
3.928
19.515,68
4,90
2
Akabiliru
3.409
16.306,67
4,78
3
Luak
3.278
14.978,12
4,57
4
Lareh Sago Halaban
6.292
30.023,97
4,77
5
Situjuah Limo Nagari
4.368
20.703,82
4,74
6
Harau
7.292
34.201,79
4,69
7
Guguak
5.430
25.470,15
4,69
8
Mungka
1.996
8.764,88
4,39
9
Suliki
2.591
12.943,83
5,00
10
Bukit Barisan
4.242
19.233,88
4,53
11
Gunuang Omeh
1.945
8.709,69
4,48
12
Kapur IX
780
3.418,18
4,38
13
Pangkalan Koto Baru
1.036
4.288,71
4,14
(Sumber: BPS, 2011)


2.5.Penelitian Sebelumnya Terkait Metode SRI
Menurut hasil penelitian dari Indria Ukrita, Feri Musharyadi, dan Silfia tentang analisa perilaku petani dalam penerapan penanaman padi metode SRI yang telah dilakukan pada Kelompok Tani Sawah Bandang di Kanagarian Koto Tuo Kecamatan Harau menyimpulkan bahwa petani pada daerah ini sudah mengenal metoda SRI ini sejak tahun 2006 dan melaksanakannya pada tahun 2007.  Pelaksanaan pengenalan metoda SRI di daerah ini hanya satu kali tanam, setelah itu petani kembali ke sistem konvensional.
Alasan petani untuk kembali pada sistem konvensional dikarenakan alasan budaya dan psikis, petani merasa sudah kebiasaan dan merasa fasih dan tak mengalami kesulitan berbudidaya padi dengan sistem konvensional.
 

III.             METODE PELAKSANAAN
3.1.Lokasi Penelitian
Penelitian Keberlanjutan dan Masalah yang Dihadapi Masyarakat Petani dalam Menerapkan Metode SRI  ini dilakukan di Kecamatan Harau Kabupaten  Limapuluh Kota, Sumatra Barat. Pemilihan lokasi ini dengan pertimbangan bahwa di Kecamatan Harau telah banyak dilakukan penyuluhan tentang metode SRI dan pertimbangan Kecamatan Harau dekat dengan peneliti mengingat waktu penelitian yang singkat.  Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2012 sampai dengan November 2012.
3.2.Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan pada penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder.  Pada penelitian ini data primer yaitu data yang bersumber langsung dari petani dilapangan dan dari kerja sama dengan Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) di Kecamatan Harau Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatra Barat.  Data primer meliputi hasil wawancara dengan petani dan PPL. 
Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari hasil penelusuran ke kantor Badan Pusat Statistik (BPS) di kecamatan Harau, data dari kantor BP4K, studi kepustakaan, jurnal, tulisan ilmiah, laporan penelitian dan internet yang berkaitan dengan masalah penelitian.  Data sekunder ini bisa berupa data jumlah petani yang pernah menggunakan metode SRI, profil dan kondisi kecamatan Harau.
3.3.Metode Pengambilan Sampel
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah petani yang sudah pernah berbudidaya tanaman padi dengan menerapkan metode SRI, daftar nama petani ini nantinya akan diambil dari data PPL.  Pemilihan sampel dilakukan secara acak sederhana (random sampling) dari daftar petani yang telah dipersiapkan sebelumnya.  Sampel petani yang diperlukan yaitu sebesar 35% dari total jumlah petani pada masing-masing daerah yang dijadikan sampel di Kecamatan Harau.
Selain kepada petani, pengambilan data yang berupa informasi penting mengenai penelitian ini juga akan  diambil dari PPL, pengambilan data dari PPL ini disebabkan karena PPL  banyak tahu masalah yang terjadi di lapangan dan lebih dekat dengan petani.
3.4.Metode Pengumpulan Data
Data primer akan diambil dengan metode wawancara langsung ke petani responden. Responden yang telah ditentukan sebelumnya akan diwawancarai mengenai topik penelitian dengan mengajukan pertanyaan dari daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya dalam bentuk kuisoner.  Selain dari petani responden, data primer juga akan diambil dari sampel PPL yang ada.
Untuk data sekunder, pengumpulan datanya dilakukan dengan cara studi kepustakaan (Library Research), jurnal, laporan penelitian dan internet.  Data sekunder yang diambil ini adalah data yang berkaitan dengan penelitian.
3.5.Model Analisis
Pada penelitian ini analisis data yang dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif.  Analisis kualitatif digunakan untuk mengetahui masalah yang menjadi masalah bagi petani dalam menerapkan metode SRI di Kecamatan Harau Kabupaten Limapuluh Kota. Sedangkan Analisis kuantitatif digunakan analisis regresi untuk mengetahui variable (masalah) yang paling mempengaruhi petani yang dalam menerapkan metode SRI
3.6.Defenisi Operasional
Untuk menghindari ketidaksamaan pandangan dan pengertian dalam pelaksanaan penelitian ini maka terdapat beberapa hal yang diaggap penting untuk diberi batasan.  Batasan-batasan tersebut meliputi:
  1. Petani adalah petani yang sudah pernah atau sedang melaksanakan budidaya padi dengan menerapkan metode SRI, satuannya orang.
  2. Konvensional adalah suatu sistem pada budidaya sawah yang pada umumnya dilakukan oleh petani.
  3. Tenaga kerja adalah orang diperkerjakan dalam berbudidaya padi.
  4. Produksi adalah hasil padi yang didapatkan setelah panen dilaksanakan, satuannya kilogram.
  5. Sawah adalah lahan yang digunakan petani untuk berbudidaya tanaman padi, satuannya m2.
  6. Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) adalah orang yang melakukan penyuluhan langsung kelapangan dibidang pertanian, satuannya orang.
3.7.Pengolahan Data
Data yang akan diolah terbagi menjadi dua, yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif  yang berupa informasi masalah yang dihadapi petani dalam penerapan metode SRI akan di buat tabulasinya  dan akan dijelaskan sehingga bisa menjadi sebuah informasi. 
Data kualitatif  yaitu data yang menjadi variable dalam penelitian ini meliputi sulitnya cara tanam satu batang per lobang tanam, tingginya frekuensi dan jumlah tenaga kerja yang terpakai, pengaturan air yang tidak pasti, sikap dimana takut tidak berhasil dalam proses sehingga takut rugi.   
Data kuantitatif  ini diolah dengan beberapa tahap meliputi tahap pengeditan, pengolahan selanjutnya disusun dalam bentuk tabulasi untuk kemudian dilakukan analisis regresi linear berganda untuk mengetahu variable mana yang lebih berpengaruh terhadap petani.  Pengolahan data ini dilakukan dengan menggunakan program Microsoft Exel dan SPSS 11.5 for Windows.
3.8.  Tahapan Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini melalui beberapa tahap kegiatan seperti skema/alur penelitian berikut:

DAFTAR PUSTAKA
Anugrah, I. S., I. P. Wardana dan Sumedi. 2008. Gagasan dan Implementasi Sistem of Rice Intensification (SRI) dalam Kegiatan Budidaya Padi Ekologis (BPE). http://pse.litbang.deptan.go.id/ind/ pdffiles/ A RT6-1c.pdf. [22/07/2012].
BPS, 2011. Kabupaten Limapuluh Kota dalam angka 2011. 388 hal.
Departemen Pertanian. 1998.  Kebijaksanaan peningkatan produksi padi nasional. Seminar Nasional Peningkatan Produksi Padi Nasional melalui Sistem Tabela Padi Sawah dan Pemanfaatan Lahan Kurang Produktif. Bandar Lampung, 9-10 Desember 1998. 17 p.
Departemen Pertanian. 2009. Pedoman Teknis Pengembangan Sistem of Rice Intensification (SRI). http: // pla. deptan. go. id / pdf / 03 PEDOMAN TEKNIS SRI 2009. pdf. [16/07/2012].
Dinas Pertanian dan Kehutanan  Kabupaten  Bantul, 2007.  Budidaya Padi. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian.
Hasan, M and S. Sato. 2007. Water Saving for Paddy Cultivation Under the Sistem of Rice Intensification (SRI) in Eastern Indonesia. J. Tanah dan Lingkungan Vol. 9 No. 2 : hal. 57-62.
Mugnisjah dan A. Setiawan. 2001. Syarat tumbuh tanaman padi. Penebar Swadaya. Jakarta.
Pemkab Limapuluh Kota, 2012. Kecamatan Harau. http://www. limapuluhkota.go .id /index.php?mod=content&act=static&id=7&menu_id=23. Upload 2 Oktober 2012 19:30.
Suparyono dan  A. Setyono. 1993.  Padi. Penebar Swadaya. Jakarta. 118 Hal.
Suiatna, R.U. 2010.  Bertani padi organik pola tanam SRI Penerbit Padi. Bandung.
Sutaryat, A. 2008. Sistem Pengelolaan Pertanian Ramah Lingkungan dengan Metode Sistem of Rice Intensification (SRI). http: // www. diperta. Jabarprov. go.id/data/arsip/TANTANGAN % 20 DAN %20PELUANG% 20SRI pdf. [16/07/2012].
Suryanata, Z. D. 2007. Pengembangan Sistem of Rice Intensification, Sistem Budidaya Padi Hemat Air Irigasi dengan Hasil Tinggi. Prosiding Kongres IX Perhimpunan Agronomi Indonesia (PERAGI). Bandung, 15-17 November 2007.
Uphoff, N and E. Fernandes. 2003. Sistem Intensifikasi Padi Tersebar Pesat. Terjemahan : Salam. http://www.leisa.info/index.php?url=getblob.php&o id=67237&a_id=211&a_seq=0. [15/06/2012].
VECO Indonesia. 2007. Menembus batas kebuntuan produksi padi.